Daerah Istimewa Yogyakarta, memang seistimewa namanya, sebuah kawasan wisata lengkap yang menyajikan aneka pilihan, wisata Budaya, wisata Pendidikan, wisata Sejarah, Wisata Patriotis, Wisata Konvensi, Wisata Kerajinan, Wisata Tradisional, Wisata Alam (Pantai, Pegunungan,Pedesaan), Wisata Kota, wisata Boga, Wisata Busana, Wisata Geologi, Wisata Speleologi dlsb. Semuanya menjanjikan suasana yang magis namum religius, eksotik namun penuh estetika, tradisonal namun well educated, berbudaya dan berkata halus namun penuh “sanepo” (perumpamaan dan permisalan yang penuh kritik konstruktif). “Ngono yo ngono ning ojo ngono”, “Alon-alon Waton kelakon”, mempunyai arti filofsofis yang sangat dalam.
Yogyakarta menjadi Daerah tujuan wisata kedua di Indonesia setelah Bali. Apalagi jaminan keamanan dan keramahan warga yang penuh tatakrama menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin sejenak melupakan rutinitas kerja yang mereka geluti  setiap hari. Terdiri dari 5 Kabupaten, Kab. Bantul, Sleman, Kulon Progo, Gunung Kidul dan Kodya Yogyakarta, membentang sepanjang ± 3186 Km, memiliki budaya yang sangat kental sebagai pusat dari refleksi budaya Jawa, suku terbesar dari bangsa ini, yang Adiluhung, mau tahu jawa ? lihat dulu Yogyakarta.
Satu satunya Propinsi di Indonesia yang masih menjunjung tinggi budaya kerajaan sehingga kepemimpinan Raja sebagai sosok sentral pemegang kekuasaan dalam arti pengaruh langsung ataupun tidak figur raja masih sedemikian kental terhadap warga Yogyakarta tanpa upaya penekanan dan keterpaksaan. Semua berjalan dengan  tertib, aman, toleran dan ramah.

Dari sudut arkeologis Yogyakarta sangat menarik, tidak kurang dari 36 candi besar kecil dan situs peninggalan sejarah menjadi saksi perjalanan sejarah bangsa kita di masa lalu. Juga berbagai upacara adat dan tradisi yang masih sedemikian berpengaruh terhadap masyarakat Yogyakarta walaupun sudah se-demikian maju dalam jenjang pendidikan. Survey mengatakan Yogyakarta pernah dinobatkan sebagai kota dengan penduduk paling potensial di Indonesia.
Kalau Katon Bagaskara mengangkat “Yogyakarta” sebagai sebuah tema lagunya yang menjadi Masterpice, tidak bisa lepas dari gambaran wisatawan yang terkesan mengenal budaya dan keramah Yogya. Malioboro dimalam hari, menyisakan kenangan yang sangat imtim sebagai bentuk keramahan dalam kesahajaan, anda bisa menikmati lesehan sambil sekedar minum secangkir kopi hingga pagi, Yogya tak menolak diajak “melekan” sepanjang malam. Belum lengkap rasanya ke Yogya tanpa ngleseh di Malioboro.
Jangan mati sebelum melihat Yogya. Setelah melihatpun jangan dahulu berharap mati, masih bisa melihat dan datang lagi kesana. Karena Yogya siap menanti anda wisatawan yang baik, kapanpun anda berminat..
Selamat menikmati Kota Gudeg, Kota Sepeda, Kota Budaya, Kota Pelajar.. Kota Kenangan
Sugeng Rawuh wonten ing tlatah Ngayogyakarta Hadiningrat. Sumonggoh.......... !!!